Erdikha Morning Idea Friday, August 5, 2022
View PDF
05 Aug 2022

MARKET REVIEW & IHSG OUTLOOK

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup melemah ke level 7040. Indeks dibebani oleh sektor Energy (-2.455%), Industrials (-0.701%), Healthcare (-0.348%), Consumer Non-Cyclical (-0.294%), Financials (-0.224%), Properties & Real Estate (-0.061%), kendati sedikit ditopang oleh sektor Basic Materials (0.342%), Infrastructures (0.434%), Consumer Cyclicals (0.759%), Transportation & Logistic (1.148%), Technology (3.557%). Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 7000 dan level resistance 7100.

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup variatif cenderung melemah. Nasdaq Composite berhasil naik 0,38%, tetapi Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 terkoreksi masing-masing 0,18% dan 0,01%. 

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang melandai dan kurang semarak. Ini bisa menular ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Kedua, Bank Indonesia akan merilis data cadangan devisa. Menurut perkiraan Trading Economics, cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2022 sebesar US$ 135,6 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang US$ 136,4 miliar.Data cadangan devisa menjadi penting karena bisa menentukan nasib rupiah. Cadangan devisa yang tebal membuat BI punya 'peluru' untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

Ketiga, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,17% year-on-year (yoy). Lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,01% yoy.Momentum Ramadan-Idul Fitri menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi tahun ini sudah lebih longgar, mudik sudah diperbolehkan sehingga aktivitas ekonomi bergeliat hingga ke pelosok daerah. Belum lagi harga komoditas yang masih bertahan di level tinggi. Ini menjadi 'obat kuat' bagi ekspor Indonesia, yang berstatus sebagai negara eksportir komoditas.

Ekonomi Indonesia yang tumbuh positif tentu menjadi kabar gembira. Ingat, tidak sedikit negara yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif alias kontraksi. Misalnya AS. US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Stars and Stripes menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9% pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, PDB AS juga terkontraksi 1,6% qtq. Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi qtq dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. Jadi, Negeri Super Power kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi. (source : CNBC Indonesia)